Hari H Kejuaraan Kyokushin

Posted by Syauqi Sunday, July 15, 2012 0 comments
Oss!

Kyokushin Pemula - Hari H Kejuaraan Kyokushin

Pertandingan memang menjadi sesuatu yang menegangkan, tapi ketika kita sering melihat beberapa kali kumite, membuat kita penasaran sebatas apakah kita bisa mencapai tahap kumite tersebut. Sehingga sesekali kita merasa, kita bisa, tapi kita tidak pernah tahu sebelum mencoba.

Para juara dan official

Hari ini, di tanggal 15 Juli 2012 adalah hari H pertandingan. Saya kalah pada pertandingan pertama saya. Kecewa? Pasti, siapa yang tidak. Karena saya cuma bisa mendapatkan pengalaman hanya dari satu orang. Padahal saya berharap bisa belajar dengan kumite dan mempelajari variasi gaya kumite dari beberapa orang.

Berikut ini perbedaan antara kumite di pertandingan dan kumite di dojo:

All Out. di kejuaraan, seorang karateka bertanding sepenuhnya, dalam artian menggunakan 100% kemampuan tanpa dibatasi, termasuk power dan meng-KO lawan, sedangkan di dojo tidak. Di dojo kita masih dilindungi oleh rasa aman bahwa lawan tidak menggunakan seluruh powernya, biasanya hanya 50%. Pengurangan power ini ditujukan untuk melatih tehnik. Karena power merusak teknik, dan bila power dimaksimalkan, akan membuat teknik tidak meningkat.

Kontrol Sikap. Bila di dojo, lawan terlihat tidak sanggup, seorang kyokushin akan secara otomatis mengerem dan mengurangi power dan tehniknya, karena momen itu adalah momen latihan. Gerakan-gerakan yang bertujuan men- KO (mawashi jodan geri, atau roundhouse kick, atau tendangan melingkar ke arah kepala juga diberhentikan ketika mengenai sasaran sehingga hanya akan membuat tepukan pelan) atau menyakiti (Gedan, atau tendangan ke arah paha) juga kerap kali ditahan, karena bila dilakukan dengan benar, bisa membuat pincang seminggu. Salah satu korbannya adalah saya. Menuruni tangga kampus menjadi hal yang menyeramkan karena saya harus melakukan selangkah demi selangkah dengan sedikit meringis. Hari itu saya mendapatkan pelajaran berharga tentang betapa besarnya daya rusak Gedan pada paha.

Gerakan Basic. Di dojo, semua warga melakukan gerakan basic pukulan dan tendangan yang memakan kurang lebih setengah jam, kira-kira jumlahnya sekitar seribu lebih, sedangkan pada pertandingan, peserta tidak melakukan gerakan basic terlebih dahulu sehingga stamina mereka akan berada pada tingkat maksimal dan tingkat capek mereka akan berada pada tingkat terendah.

Adrenalin. pada pertandingan, tingkat adrenalin begitu besar, sehingga seringkali semua luka2 memar dan lebam akan terasa setelah pertandingan, kecuali yang melumpuhkan seperti varian gedan (tendangan ke arah paha) yang efeknya akan membuat pincang seketika, ataupun serangan KO.

Demam panggung. Untuk sebagian orang, terutama yang masih pemula, demam panggung menjadi suatu momok besar. Sebagian besar stamina akan habis untuk mengalahkan rasa gugup tersebut. Beberapa praktisi pemula bahkan saya lihat lututnya gemetaran, tapi tidak terlalu terlihat karena menggunakan karategi. Selain itu, Gerakan andalan yang dilatih beberapa bulan sebelumnya bisa tidak keluar semua, dan tergantikan dengan pukulan biasa dan tendangan asal yang berujung musuh tidak akan KO, stamina akan habis, dan hanya akan bermain menggunakan fisik. Hanya bak buk bak buk sekenanya. Hal terakhir inilah yang juga terjadi dengan saya. Uraken (upper cut) dan varian mae geri (tendangan depan) yang saya latih satu bulan sebagai andalan saya, jadi tidak keluar sama sekali.

Melawan Siapa? Pada dojo kita tahu kemampuan masing-masing warga dojo kita sendiri. Tetapi pada pertandingan, kita tidak tahu kemampuan lawan pada dojo lain. Hal ini membawa tingkat kesulitan kumite berada satu level lebih tinggi. Kita harus siap dengan berbagai macam tipe karateka. Kemampuan mengukur tipe lawan juga menjadi hal penting di sini. Beberapa praktisi menggunakan mode bertahan di awal untuk mengetahui jenis lawan yang dihadapinya, baru di menit kedua, mulai aggresif. Hal ini yang membuat kumite menjadi benar-benar jauh dari teori yang diajarkan. Beberapa pelajaran memang harus didapatkan di kumite sebenernya. Kita dipaksa berpikir kreatif dan “out of the box”.

Beberapa menit setelah saya turun panggung, saya baru berpikir, kenapa saya tadi tidak melakukan ini itu, kenapa saya tadi main jarak jauh sedangkan lawan unggul di jarak jauh, kenapa saya tadi tidak bergerak ke samping daripada ke belakang. Dan banyak pertanyaan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan ini akan selalu timbul di akhir, karena adrenalin itu tadi. Kita kerap kali tidak bisa berpikir karna terdesak, serhingga sulit sekali untuk berpikir jernih.


Tapi apa yang saya pahami hari ini? yaitu bahwa ketakutan saya di hari sebelum pertandingan itu, sirna seketika. walaupun memar yang saya dapat lumayan banyak (sesaat sebelum saya post ini, saya putuskan tidak jadi meng-upload fotonya). Artinya saya dapat menguasai pertandingan secara mental, dan saat itu saya sama sekali tidak takut berhadapan dengan lawan saya. Saya malah akan sangat senang kalau bisa berhadapan dengan dia lagi, karena sekarang saya tahu apa kelemahan dia. Pelajaran hari ini adalah jangan pernah takut dengan lawan, kesalahan terbesar saya hanyalah bergerak mundur, bukan menyamping, sehingga memberi kesan juri bahwa saya terdesak oleh dia.

Kesimpulannya, pertandingan itu membuat seorang karateka bisa mengetahui bagian apa yang masih kurang dari dirinya. Mengapa dia kalah. Hal itulah yang harus ditingkatkan dan kemudian ikut lagi di kejuaraan berikutnya. Proses belajar memang tidak pernah berhenti.

Oss!


Artikel Terkait

Baca Selengkapnya ....

Rasa Takut Menjelang Pertandingan

Posted by Syauqi Wednesday, July 11, 2012 0 comments

Oss!

Kyokushin Pemula - Rasa Takut Menjelang Pertandingan

Hari ini hari Rabu, sisa 4 hari sebelum pertandingan. Persiapan telah berjalan mulus, tanpa hambatan yang berarti. Kemampuan juga sudah meningkat banyak, tapi tetap saja, bila saya memikirkan pertandingan hari minggu ini, saya merasa takut. Takut apabila menemui lawan yang lebih kuat dari saya, takut apabila saya tidak bisa menjaga kepala dan kena KO, takut apabila kombinasi gerakan yang saya latih bisa dipatahkan lawan, takut apabila ini, takut apabila itu, ini, itu.


Rasa Takut ketika menjelang hari H pertandingan sangatlah wajar.

Setelah berusaha tidur sambil terus terbayang-bayang hari H pertandingan, akhirnya saya tertidur setelah sekitar satu jam berubah-ubah posisi tidur saya. Berikut ini hal-hal yang sering dikhawatirkan peserta kejuaraan yang masih belum begitu berpengalaman:

1. Takut berkelahi. Ya, memang tidak salah. Ketika kita sedang tidak ada beban, sepertinya kita ingin sekali dapat materi kumite, tetapi begitu kesempatan itu datang,  kita mulai memikirkan hal yang macam-macam.

Dalam kasus saya, ketakutan terbesar saya adalah karena saya kurang mendapatkan porsi kumite yang cukup sehingga tidak terlalu bisa percaya diri untuk menghadapi lawan yang mungkin lebih banyak pengalamannya. Hal ini dikarenakan di dojo saya banyak terdapat keluarga, yang artinya ayah, ibu, anak semuanya berlatih bersama. Sisi positifnya adalah latihan jadi lebih kekeluargaan, tapi sisi negatifnya, lawan yang seimbang untuk materi kumite menjadi semakin jarang. Alhasil, kumite pun sangat jarang dilakukan, berbeda dengan dojo lain yang memang didirikan di lingkungan sekuriti, yang mana banyak laki-laki dan dalam usia produktif kumite, dan juga kuat-kuat semua.

2. Timing kacau. Seringkali sewaktu latihan, kita mengerti kapan kita harus menyerang, kapan harus mundur, kapan harus melakukan kombinasi, area mana dari lawan yang kosong untuk diserang. Nah, rasa gugup bisa mengacaukan itu semua dan seringkali membuat kita mendapat momen kosong dimana kita punya peluang menyerang, tapi tidak terpikir untuk menggunakannya.

3. Lawan yang lebih kuat. Terkadang kita selalu membayangkan gerakan apa yang akan kita lakukan nanti sewaktu di matras, tetapi terpikir juga, bagaimana jika lawan lebih tangguh dan dapat melakukan apa yang kita lakukan dengan lebih baik. Kombinasi kita bisa dipatahkan dengan mudah.

4. Stamina, 70% stamina akan terpakai untuk mengurangi rasa gugup. Selagi kita belum terlalu terbiasa dengan panggung dan semacamnya, sebaiknya kita menyiapkan stamina yang lebih.

Tapi seperti yang pernah saya posting sebelumnya, pelajaran pertama tentang kumite adalah, menjaga rasa takut, karena dengan adanya rasa takut, kita menjadi waspada.


Berikut ini yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hari H pertandingan:

1. Jaga kepala. Tidak ada pertandingan yang layak untuk ditempuh dengan cedera. Lebih baik menyerah bila menemui lawan yang ngawur dan kita tidak sanggup menghadapinya. Tidak ada yang memalukan dengan itu. Jaga badan kita, jangan sampai mengalami cedera parah. Jangan pernah jadi sansak hidup. Tapi untungnya, di Kyokushin ini, kebanyakan praktisinya memiliki mental yang bagus, dalam artian tidak akan melukai lawan yang berada dibawahnya dia secara berlebihan. Rasa pengendalian dirinya sudah sangat baik. Namun tetap perlu diwaspadai karna ini bukan momen biasa seperti saat latihan di dojo.

2. Memutar, jangan mundur. Bila lawan menerjang terus menerus, dan kita terdesak, jangan melakukan gerakan mundur terus menerus, selain juri akan melihat kita berada pada pihak yang terdesak, posisi kita juga kurang baik untuk menyerang. Lakukan gerakan memutar, bila memungkinkan, memutarlah ke arah punggung lawan sambil memikirkan serangan balasan. Semakin besar serbuan lawan, semakin terkuras staminanya. Gunakan momen itu untuk menyerang balik.

3. Lakukan dengan sederhana. Bila stamina sudah mulai habis, jangan melakukan serangan yang terlalu sukar dilakukan dan sulit untuk mengenai lawan seperti tendangan yang memutar-mutar kemana-mana dan pukulan yang kurang efektif. Gunakan mae geri (tendangan lurus ke depan), sebagai tendangan pilihan karena tenaga yang dibutuhkan sangat hemat dan efektif karena cepat dilakukan. Gunakan mawashi (roundhouse kick atau tendangan yang datang dari samping) untuk sesekali mencuri timing ke kepala lawan. Bila tidak terbiasa melakukan tendangan lain, sebaiknya dihindari atau disesuaikan dengan situasi dan stamina.

Ingatlah bahwa kemenangan hanya ada di dalam diri kita sendiri. Ketika kita berhasil melawan diri kita di saat masa training, kita sudah menjadi pemenang, pemenang terhadap diri kita sendiri. Kita sudah mendapatkan pengalaman, pelatihan mental yang lebih baik, dan juga teman-teman.

Jadi jangan berpikiran bahwa piala adalah segalanya. Terutama bila pialanya adalah piala bergilir. Benar bukan? :)

Oss!

Artikel Terkait

Baca Selengkapnya ....

Persiapan Jiyu Kumite

Posted by Syauqi Sunday, July 8, 2012 0 comments

Oss!
Soshuno kamae, posisi dasar perkelahian
Hari ini, pada sesi tanya jawab di dojo, seperti biasa, para pembina mempersilahkan siapa saja untuk bertanya. Saat itu ada satu warga yang menaikkan tangan, beliau adalah seorang warga yang baru saja naik tingkat ke Kyu 6 di ujian kuartal lalu. Kyu 6 adalah tingkatan pertama yang mendapatkan materi jiyu kumite (perkelaihan bebas satu lawan satu).

Beliau bertanya, ‘apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kumite?’ Sambil memegang dan mengangkat sabuknya yang berwarna kuning. Pertanyaan itu langsung disambut hangat oleh para pembina dengan senyum senang. Saya rasa jawaban tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut di posting kali ini.

Yang perlu dipersiapkan saat jiyu kumite antara lain:

1. Rasa takut. Jangan bunuh rasa takut, tapi peliharalah, karena dengan rasa takut itu akan timbul rasa waspada. Waspada akan potensi serangan-serangan lawan. Jika kita tidak takut sama sekali, kita akan cenderung defenseless, yaitu tidak dalam posisi siap untuk mengantisipasi serangan-serangan lawan.

2. Senjata. Yang dimaksud disini bukan bata, golok, tombak atau terlebih lagi pistol, granat dan lain sebagainya, tapi yang dimaksud adalah serangan-serangan kita yang terasah dan mematikan yang menjadi senjata kita. Bila semua pukulan dan tendangan kita lambat, tidak fokus, ngawur dan tidak bertenaga, maka bisa dipastikan kita hanya menunggu keberuntungan bahwa serangan kita akan bisa mencederai lawan.

Disarankan untuk melatih satu gerakan saja yang paling mudah, seperti seiken chudan cuki (pukulan lurus ke arah depan) dan mae geri (tendangan dari arah depan) dan dilatih dengan baik. Sia-sia bila kita mempelajari semua gerakan yang ada, tapi tidak ada yang cukup baik untuk men-KO lawan. Ingat, hanya diperlukan satu serangan untuk membuat lawan KO.


3. Stamina. Senjata kita yang sudah terasah akan percuma bila kita sudah kehabisan nafas sebelum melontarkannya. Berlari adalah salah satu cara melatih stamina kita. Untuk hasil terbaik, lakukan tanpa jeda jalan. Lakukan lari terus menerus dan jika sudah ingin selesai, lakukan sprint secepat-cepatnya untuk melatih explosive power (melakukan power besar-besaran pada waktu sesingkat-singkatnya) kita.

4. Mental. Ketika kita berada pada saat-saat tercapek dan katakan pada kiri kita kalau kita masih sanggup, maka kita akan sanggup. Ketika lawan lebih besar, lebih senior, lebih berpengalaman dan terkenal sering men-KO orang, tapi kita katakan pada diri kita bahwa dia masih bisa dikalahkan, maka dia bisa dikalahkan. Ketika kita sudah merasakan pukulan lawan, dan rasanya seperti ditabrak mobil, tapi alih-alih ketakutan dan menyerah, kita terus melanjutkan pertandingan. Ketika tangan kita sudah bergetar-getar mengangkat tubuh saat push up, dan kita berkata masih bisa satu kali lagi, maka kita masih akan bisa satu kali lagi.

Segala sesuatu berasal dari pikiran, selama kita bisa mengatur pikiran kita, kita bisa melakukan lebih dari apa yang kita kira sudah tidak bisa. Dengan begitu limit kita akan semakin naik. Lakukan itu terus menerus, dan tidak ada yang tidak mungkin. Itulah mentalitas. 


Selamat mencoba dan berlatih.

Oss!

Artikel Terkait

Baca Selengkapnya ....

Kento, Rahasia Pukulan Kyokushin

Posted by Syauqi Saturday, July 7, 2012 5 comments
Oss!

Kyokushin Pemula - Kento, Rahasia Pukulan Kyokushin

Dalam dunia kyokushin, penggunaan tangan dalam basic maupun perkelahian sangat dominan, sementara tendangan hanya digunakan kurang dari separuhnya karena tenaga yang diperlukan untuk tendangan jauh lebih besar.

Bentuk tangan dalam kyokushin sangat beragam, mulai dari pisau tangan (shuto), punggung tangan (uraken), kepal tangan (seiken), tusukan jari(nukite), pangkal jempol (haito),  sisi kepal tangan (haito), dan masih banyak yang lainnya. Tapi yang paling dominan dan menjadi andalan adalah bentuk kepalan tangan atau yang lebih sering disebut seiken, dan bagian yang dipukulkan adalah kento.


Bentuk-bentuk pukulan dalam kyokushin

Dalam bahasa jepang, Kento berarti pangkal jari telunjuk dan jari tengah. Bagian dari kepalan tangan inilah yang berbenturan dengan badan lawan. Mengapa bentuk ini yang dipilih? Selain hasil eksplorasi dari pendiri Kyokushin ini sendiri, bentuk anatomi tulang lengan manusia juga ikut mendukung. Tulang jari dari pangkal jari telunjuk dan jari tengah itu menopang sempurna dan membentuk satu garis lurus, hal ini membuat daya rusak menjadi maksimal dan dapat masuk dalam ke badan lawan.


Perbandingan cara memukul yang benar dan yang salah

Itulah mengapa dalam kyokushin, kento dilatih sedemikian rupa dan menjadi bagian tangan yang dipukulkan ke badan lawan. Push up pun selalu menggunakan kento sebagai alas. Awalnya push ini sulit dilakukan, tapi lama kelamaan, kulit di bagian kento pun akan menebal kapalan, dan tulangnya menjadi lebih padat.

cedera pada pergelangan tangan
Tapi, kebanyakan orang yang belum terbiasa, akan lebih mudah memukul dengan menggunakan pangkal jari tengah, manis, dan kelingking. Hal ini akan membuat struktur tulang tidak bisa menopang dengan benar karna tidak berada pada satu garis lurus. Sehingga bila dilakukan dengan kecepatan dan kekuatan tinggi, akan membuat cedera fatal pada pergelangan tangan dan ketiga ruas jari tersebut.

Jadi, dengan menggunakan kento, kita bisa benar2 memasukkan daya rusak maksimal ke tubuh lawan tanpa membuat tangan kita cedera. Setelah bentuk tangan ini benar, latihan bisa dilanjutkan ke tehnik berikutnya, yaitu jalur pukulan searah anak panah, Gerakan bahu yang mengikuti lengan, dan sentakan sesaat sebelum mengenai target.

Oss!

Artikel Terkait

Baca Selengkapnya ....

Manfaat Latihan Intensif

Posted by Syauqi Friday, July 6, 2012 4 comments
Oss!

Kyokushin Pemula - Manfaat Latihan Intensif

Tidak terasa hari pertandingan sudah sisa 2 minggu lagi. porsi peningkatan latihan TC(Training Center) yang saya lakukan semakin terasa membuahkan hasil.

Latihan secara intensif dapat meningkatkan kemampuan kita secara signifikan. Hal ini akan terasa ketika menjalani latihan menuju pertandingan.


Porsi latihan standard dari dojo yang biasanya bisa membuat saya ngos-ngosan, sekarang sama sekali tidak membuat saya capek. Inilah yang saya suka dari latihan intensif menjelang pertandingan. Badan kita dipaksa untuk mencapai tingkat lebih tinggi, sehingga bisa menyesuaikan dengan kondisi yang sangat melelahkan.

Peningkatan diri dengan latihan intensif seperti ini sangat signifikan. Berikut ini beberapa yang saya dapatkan dengan hanya sekitar satu atau dua bulan intensif:

1. Menyelaraskan gerakanTendangan saya yang awalnya tidak tepat sasaran dan malah sering tidak imbang lantas jatuh ketika melakukan, sekarang bisa dengan mudah dilakukan, malahan bisa kembali ke tempat awal berpijak dengan mulus. Gerakan yang dilakukan berulang-ulang secara kontinyu ini, bermanfaat untuk membentuk urat-urat halus di bagian tersebut. Sama seperti atlet binaraga yang melatih otot luar, saya melatih otot dalam.

2. Timing serangan yang semakin baik. Kalau dulu saya mengeluarkan serangan dengan full power mulai dari awal sampai akhir, sekarang power hanya mulai saya isi sepersekian detik sebelum tangan atau kaki berada di bagian puncak akhir serangan, dengan kata lain, ketika mendarat di badan lawan. Hasilnya, serangan jadi lebih cepat dan bisa lebih hemat tenaga. Pembina saya bilang ‘hemat bensin’.

3. Melatih Reflek, tujuan dari melakukan gerakan combo yang sama berulang kali adalah mengisi memori, jadi ketika ada kesempatan terbuka, badan kita bisa secara reflek menyerang sesuai combo yang kita latih.

4. Terlatih mencari celah. Setelah berulang kali melakukan sparing, dan menghadapi situasi berhadap-hadapan secara dekat, kita akan bisa mengetahui celah mana yang kosong dari lawan untuk diserang. Tentunya sebelum dia yang menyerang kita.

5. Membangun mental, melawan diri sendiri. Ketika merasa capek, kebanyakan orang akan berhenti dan beristirahat. Tapi di pelatihan intensif ini, kita terus dipaksa menyerang walaupun badan kita sudah sangat capek. Dengan itu kita membangun alam bawah sadar kita untuk terus beranggapan kita masih bisa dan akhirnya badan yang sudah capek, bisa terus menyerang karena mental yang berbicara. Sehingga ketika orang yang tidak terlatih sudah menyerah dan memegangi lutut, kita diharapkan masih sanggup memaksa diri kita untuk terus bertahan tanpa menunjukan sikap lelah kita. Yah, mungkin situasi seperti itu bisa saja dihadapi di jalanan, dan bisa membuat kita lebih terjaga untuk bertindak, tapi semoga saja hal itu tidak pernah terjadi.

Semoga bermanfaat dan menjadi semangat untuk yang ingin berlatih intensif dan merasakan lonjakan Kemampuan fisik dan tehnik.

Oss!

Artikel Terkait

Baca Selengkapnya ....

Bloglog

Histats counter code

Visit Syauqi at Ping.sg